Begini ceritanya :)
Diawal bulan Juni ini pada 1 - 2 Juni kemarin, saya sempet ada "Solo Touring" dengan motor Yamaha Byson.
Start dimulai dari Bekasi dan mengambil rute, Bekasi, Cikarang, Karawang, Purwakarta, Subang, Tangkuban Perahu, Lembang, Bukit Dago, Cimahi - Padalarang, Purwakarta, Curug, Karawang, Cikarang dan berakhir di Bekasi.
Gak tahu berapa jumlah kilometer, karena lupa tidak mencatatnya. Tapi itu merupakan perjalanan yang cukup panjang dan memiliki cerita tersendiri tentang, perbedaan cuaca, kemacetan, pemandangan, kejadian selama perjalanan dan lain-lain.
Rute Bekasi - Purwakarta, merupakan perjalanan di area yang berhawa panas dan beberapa area mengalami kemacetan karena perbaikan jalan. Memasuki Kerawang, Byson bisa berlari dengan semangat karena jalanan lebih lengang terlebih saya mengambil jalan baru tanpa memasuki Kerawang kota.
Selanjutnya, saya putuskan mengambil rute Cikampek, padahal bisa saja melalui Kosambi untuk sampai ke Purwakarta dengan waktu tempuh yang lebih singkat.
Setelah sampai Purwakarta, di perempatan Sadang, kita mengambil rute kekiri, mengikuti jalanan yang tidak begitu mulus dan saat itu padat dengan kendaraan bermotor.
Sebelum meninggalkan Purwakarta, sempat terjadi kecelakaan, dimana pengendara motor didepan saya, mengalami kecelakaan setelah menghantam body belakang sebuah mobil dan motor terlempar kekanan menghantam badan truk hingga mengakibatkan motor berantakan.
"Untungnya" si pengendara tidak mengalami luka serius. Satu hal yang bisa kita ambil hikmahnya adalah pentingnya menjaga jarak aman dan kecepatan dengan kendaraan didepan kita. :)
Setelah, terhenti cukup lama karena ikut membantu korban dan membersihkan puing-puing motor yang berserakan ditengah jalan, akhirnya perjalanan dilanjutkan menuju Subang. Sempat istirahat beberapa jam disana. Menjelang sore kita lanjutkan ke Ciater dan terus naik ke Tangkuban Perahu.
Parkir dan istirahat di pinggir jalan perkebunan teh |
Perjalanan kita lanjutkan lagi ke Tangkuban Perahu. Lagi-lagi sempet melihat sebuah accident di depan mata yang kali ini membuatku sempat mengernyitkan dahi, lalu tersenyum.
Sebuah sepeda motor dengan dua penumpang, menyundul motor lain didepannya disebuah turunan (dari arah Tangkuban Perahu). Keduanya sempet oleng ketengah. Itulah yang membuatku sempet waspada, jangan sampai terjadi benturan dua motor dari atas, dengan Byson yang aku bawa lari.
Syukur alhamdulillah, semua bisa mengatasi keadaan meskipun sibapak yang disundul motornya sempet jumping dan terlihat marah-marah dipinggir jalan saat kedua motor berhenti. Saya sendiri terus memacu Byson ke arah gerbang Tangkuban Perahu.
Nah, kenapa juga harus ke Tangkuban Perahu? Karena asli, saya udah pengin banget naik gunung, setelah sibuk dengan aktivitas harian. Tapi sayang belum menemukan saat yang tepat untuk bisa menikmati hutan dan gunung yang sebenarnya. :)
Setelah membayar tiket Rp.18.000, akhirnya saya parkir di jalan kearah kawah. Lagi-lagi menikmati kesegaran udara dan suasana hening yang damai sore itu.
Kawah Tangkuban Perahu |
Ketika sampai diatas dan motor diparkir, akhirnya bisa menikmati pemandangan kawah. Sayangnya, saat itu pengunjung cukup ramai. Maklum weekend dan Tangkuban Perahu juga merupakan gunung yang udah jadi obyek wisata, gak seperti gunung-gunung yang biasa saya daki. :)
Narsis dulu, minta bantuan orang lain :) |
Setelah lama disitu, kepikiran juga untuk napak tilas rute yang dulu pernah dilalui sambil jalan kaki dari puncak Tangkuban Perahu ke arah Dago. Dan kebetulan ada target saya disana untuk jumpa kawan lama yang ternyata jadi pak RW.
Turun dari Tangkuban Perahu, Lembang, saya ambil jalur kekiri melalui Sesko AU dan Gunung Batu. Dulu lumayan sering bermalem diatas gunung batu. Disitu ada perempatan kearah Maribaya dan Cieumbulueuit, tapi saya pilih jalur lurus. Dan ternyata jalannya langsung nanjak tajam, berliku dengan turunan yang tajam juga.
Pokoknya perjalanan itu seperti naik kuda, bukan naik Byson. Gak tahu berapa lama, akhirnya sampai juga di pak RW. Ngobrol sejenak dan melanjutkan perjalanan pulang melalui Cimahi, Padalarang, Purwakarta, Curug, Kerawang, Bekasi.
Narsis lagi, depan gate Kawah Domas |
Sisi positivenya, jangan pernah lengah dengan jalan yang "enak" untuk berpacu, karena bisa jadi ada hal-hal yang datang secara tiba-tiba.
Singkat cerita, akhirnya sampai juga ke rumah. Setelah ngajak main Byson yang masih standar, ternyata minumnya gk banyak juga. Karena untuk perjalanan tersebut masih tersisa banyak bahan bakar didalam tengkinya.
Performa rem depan dan belakang juga memuaskan, dan yang pasti motor ini asyik untuk diajak touring. Stabilitasnya bisa diandalkan.
Hehe... itulah sebuah artikel yang mungkin terlalu dipaksakan untuk naik kehalaman ini.
Tapi moga-moga gak ada yang protes. :)
0 comments:
Post a Comment